Seiring berkembangnya ponsel pintar, sejak dari awal setiap ponsel memerlukan sim card untuk menerima dan mengirim sinyal dari provider yang digunakan. Pada awalnya Sim Card berukuran cukup besar seperti seukuran KTP yang kita miliki, namun perlahan mulai semakin mengecil seiring berkembangnya waktu dan juga mulai diperkenalkan adanya "Smartphone" yang memiliki fitur utama yaitu "Touchscreen" sejak saat itu pula diperkenalkan ukuran MicroSimcard dan juga Nano Simcard.
Namun belakangan ini munculnya rumor bahwa simcard yang digunakan berpotensi diretas oleh seorang hacker.
Adaptive Mobile Security, mengunkapkan bahwa mereka menemukan celah keamanan yang terdapat pada simcard atau disebut dengan istilah Simjacker. Simjacker inilah yang memberi pintu bagi hacker untuk menyerang secara individual calon korban lewat ponselnya, mulai dari lokasi, penipuan, kebocoran informasi, penolakan layanan, sampai spionase.
Simjacker disebut bekerja dengan memanfaatkan lubang keamanan SIMalliance Toolbox Browser atau disingkat S@T Browser yang berada di dalam kartu SIM.
Sebagai informasi, S@T Browser mempunyai tugas untuk antara lain mengatur panggilan di ponsel, memainkan nada dering, dan lainnya. Lubang keamanan di S@T Browser inilah yang bisa disusupi hacker untuk meretas ponsel. Salah satunya membuka situs berbahaya yang dapat menginfeksi perangkat.
“Serangan utama Simjackert memanfaatkan SMS yang berisi jenis kode seperti spyware yang dikirim ke ponsel. Kemudian menginstruksikan SIM Card di dalam ponsel untuk ‘mengambil alih’ ponsel untuk mengambil dan melakukan perintah sensitif,” ujar AdaptiveMobile Security.
“Kerentanan Simjacker dapat meluas ke lebih dari 1 miliar pengguna ponsel secara global yang berpotensi berdampak pada negara-negara di Amerika, Afrika Barat, Eropa, Timur Tengah, dan setiap wilayah di dunia di mana teknologi SIM card digunakan,” tulisnya.
Adaptive Mobile Security berasumsi bahwa kerentanan teknologi simcard dikembangkan oleh perusahaan swasta yang bekerjasama dengan pemerintah untuk memantau lokasi individu di seluruh dunia.
Namun belakangan ini munculnya rumor bahwa simcard yang digunakan berpotensi diretas oleh seorang hacker.
Adaptive Mobile Security, mengunkapkan bahwa mereka menemukan celah keamanan yang terdapat pada simcard atau disebut dengan istilah Simjacker. Simjacker inilah yang memberi pintu bagi hacker untuk menyerang secara individual calon korban lewat ponselnya, mulai dari lokasi, penipuan, kebocoran informasi, penolakan layanan, sampai spionase.
Simjacker disebut bekerja dengan memanfaatkan lubang keamanan SIMalliance Toolbox Browser atau disingkat S@T Browser yang berada di dalam kartu SIM.
Sebagai informasi, S@T Browser mempunyai tugas untuk antara lain mengatur panggilan di ponsel, memainkan nada dering, dan lainnya. Lubang keamanan di S@T Browser inilah yang bisa disusupi hacker untuk meretas ponsel. Salah satunya membuka situs berbahaya yang dapat menginfeksi perangkat.
“Serangan utama Simjackert memanfaatkan SMS yang berisi jenis kode seperti spyware yang dikirim ke ponsel. Kemudian menginstruksikan SIM Card di dalam ponsel untuk ‘mengambil alih’ ponsel untuk mengambil dan melakukan perintah sensitif,” ujar AdaptiveMobile Security.
“Kerentanan Simjacker dapat meluas ke lebih dari 1 miliar pengguna ponsel secara global yang berpotensi berdampak pada negara-negara di Amerika, Afrika Barat, Eropa, Timur Tengah, dan setiap wilayah di dunia di mana teknologi SIM card digunakan,” tulisnya.
Adaptive Mobile Security berasumsi bahwa kerentanan teknologi simcard dikembangkan oleh perusahaan swasta yang bekerjasama dengan pemerintah untuk memantau lokasi individu di seluruh dunia.
Untuk mengurangi angka kecurgaan terhadap peretasan baca artikel ini
Komentar
Posting Komentar